
Petta – Indonesia sedang memasuki babak baru dalam dunia pariwisata, di mana keindahan alam dan makanan sehat bersatu untuk menarik perhatian wisatawan. Dari Bali hingga Flores, eco-tourism kini semakin digandrungi, memadukan pengalaman alam yang autentik dengan sajian organik yang menggoda lidah.
Di Ubud, misalnya, restoran seperti Moksa dan Alchemy memimpin gelombang ini. Dengan bahan-bahan yang ditanam sendiri, tempat-tempat ini tidak hanya menawarkan makanan sehat tetapi juga menyampaikan pesan penting tentang keberlanjutan. “Kami ingin menginspirasi orang untuk menghormati alam melalui makanan,” ujar chef lokal Wayan Dharma, yang mengelola restoran organik di Gianyar.
Di sisi lain, desa wisata seperti Kampung Adat Prai Ijing di Sumba menghadirkan pengalaman berbeda. Pengunjung tidak hanya menikmati pemandangan savana yang menakjubkan tetapi juga mencicipi hidangan khas seperti jagung bose dan ikan bakar yang dimasak menggunakan bahan lokal organik.
Tren ini bukan hanya untuk wisatawan asing. Di Jawa Barat, program “Farm to Table” yang diinisiasi beberapa komunitas lokal berhasil menarik minat generasi muda. “Mereka ingin tahu dari mana makanan mereka berasal,” kata Nurhayati, petani organik di Lembang, sambil menunjukkan kebunnya yang penuh dengan sayuran segar.
Namun, tantangan tetap ada. Infrastruktur dan pendidikan untuk mendukung pertanian organik masih belum merata di seluruh Indonesia. Tetapi seperti yang ditunjukkan oleh desa-desa seperti Munduk di Bali, keberlanjutan bukanlah sekadar tren, ini adalah kebutuhan.
Dengan semakin banyaknya wisatawan yang menginginkan pengalaman yang lebih bermakna, perpaduan eco-tourism dan makanan organik di Indonesia jelas merupakan langkah ke depan. Tidak hanya memperkaya pengalaman perjalanan, tetapi juga menciptakan dampak positif bagi komunitas lokal dan lingkungan.