
Barru, Petta – Di tengah gempuran modernisasi, sebuah kabupaten kecil di Sulawesi Selatan, Barru, memilih merayakan masa depan dengan cara yang paling otentik: menggali warisan masa lalu. Melalui gelaran akbar Festival Budaya To Berru XIV dan Festival Aksara Lontaraq, Barru tidak hanya sedang mengadakan perayaan, tetapi juga menegaskan posisinya sebagai penjaga dan pengembang peradaban.
Festival yang berlangsung pada 23 hingga 25 November 2025 di jantung kota, Alun-alun Colliq Pujie, mengusung tema ambisius: “Cendekia Penggerak Zaman”. Tema ini menjadi benang merah yang menyatukan tradisi kuno dengan inovasi teknologi terkini.
Jembatan Waktu dan Teknologi
Jauh dari kesan festival budaya yang konvensional, acara ini dirancang sebagai panggung yang secara literal menjembatani tiga dimensi waktu: masa lalu, hari ini, dan masa depan. Fokus utama festival ini adalah bagaimana warisan leluhur dapat menjadi katalis untuk kemajuan zaman.
Program unggulan menunjukkan integrasi yang ciamik antara budaya dan teknologi:
- Pameran Naskah Kuno Digital: Warisan aksara Lontaraq yang sebelumnya hanya dapat diakses dalam bentuk fisik yang rapuh kini dihidupkan kembali dalam format digital. Ini adalah langkah konservasi sekaligus demokratisasi pengetahuan.
- Workshop Integrasi Budaya dan Teknologi: Program ini melatih peserta untuk melihat budaya bukan sebagai objek museum, melainkan sebagai sumber inspirasi untuk pengembangan teknologi baru, mencerminkan semangat ‘cendekia’ yang aktif.
- Kelas Inkubasi Seni Media: Sebuah ruang bagi seniman muda untuk mengeksplorasi bagaimana media baru dapat digunakan untuk menceritakan kembali epik-epik lokal dan mitologi yang terkandung dalam Lontaraq.
Lontaraq “Bercerita”, Colliq Pujie “Menari”
Aksara Lontaraq, yang menjadi identitas kebudayaan Bugis-Makassar, menjadi bintang utama dalam perayaan ini. Melalui Lomba Storytelling Cerita Rakyat Aksara Lontaraq, festival ini menantang generasi muda untuk kembali merangkai kisah-kisah leluhur dalam bingkai narasi modern.
Puncak perayaan visual adalah Tari Kolosal Colliq Pujie : Cendekia Penggerak Zaman. Tarian massal ini merupakan penghormatan epik kepada sosok legendaris Colliq Pujie, yang simbolisasikan semangat intelektual dan kepeloporan yang relevan hingga hari ini.
Selain itu, aktivasi ruang publik museum melalui Pergelaran Seni Aktivasi Ruang Publik Museum Colliq Pijie dan Instalasi Taman Cahaya mengubah lokasi bersejarah menjadi kanvas interaktif yang menarik perhatian publik.
Kekuatan Kolaborasi Merawat Warisan
Keberhasilan pelaksanaan Festival Budaya To Berru ini tidak lepas dari kolaborasi kuat antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Festival ini dilaksanakan bersama:
- Kementerian Kebudayaan RI, melalui Direktorat Pengembangan Digital Budaya dan Direktorat Sarana dan Prasarana.
- Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX.
- Pemerintah Kabupaten Barru.
Kolaborasi ini menunjukkan komitmen bersama dalam perjalanan merawat warisan leluhur, memastikan bahwa Lontaraq dan nilai-nilai To Berru tidak hanya lestari, tetapi juga berkembang dan relevan. Dari Temu Karya Komunitas, Lomba Permainan Tradisional, hingga Pameran Kuliner UMKM, festival ini merayakan semangat gotong royong dan ekonomi lokal.
Barru menunjukkan bahwa menjadi ‘Cendekia Penggerak Zaman’ adalah tentang keberanian untuk merayakan sejarah dengan mata yang tertuju pada masa depan.
