
Petta – Di balik energi liar dan distorsi tebal di panggung, ada sisi lain dari Superman Is Dead (SID) yang tak kalah menarik dan mungkin tak terduga. Bukan tentang album baru atau drama band, tapi soal riders, daftar permintaan yang musisi minta untuk disiapkan promotor sebelum manggung. Ya, riders. Topik yang belakangan jadi pembicaraan hangat di kalangan industri musik Indonesia.
Dalam konferensi pers konser “Distorsi Tiga Dekade” (Rabu, 17 Juli 2025), band punk rock asal Bali itu membagikan cerita soal bagaimana daftar riders mereka berubah seiring waktu. Dan percayalah, ini bukan sekadar ganti minuman atau makanan ringan—ini adalah potret perubahan mentalitas, usia, dan gaya hidup musisi rock di tengah sorotan publik.
“Kalau boleh jujur, SID adalah band pertama di Indonesia yang riders-nya ada alkoholnya. Dan itu ditiru oleh band-band lain, mungkin sekitar tahun 2001 atau 2002,” ujar Jerinx, drummer SID, mengenang era ketika mereka masih dianggap pendobrak di industri musik lokal. Kala itu, meminta bir atau minuman keras sebagai bagian dari kontrak panggung adalah hal tabu. SID datang dan mengubah standar itu.
Namun, seiring bertambahnya usia dan pengalaman, pola hidup pun ikut berubah. Tak lagi hanya soal euforia, sekarang soal stamina dan keseimbangan.
“Bir tetap, alkohol tetap, tetapi ada tambahan seperti susu kurma, telur rebus, dan buah-buahan,” terang Eka Rock, sang bassist. Riders mereka kini adalah kombinasi unik antara warisan masa lalu dan kebutuhan tubuh yang lebih “dewasa”.
“Kami jadi lebih peduli soal kesehatan,” tambahnya.
Permintaan seperti susu kurma dan telur rebus mungkin terdengar aneh dalam konteks band punk. Tapi inilah realitas yang kini menghampiri banyak musisi senior: energi tidak bisa hanya ditopang oleh adrenalin. Riders bukan sekadar daftar mewah, tapi bagian dari sistem pendukung untuk tetap bisa tampil prima malam demi malam.
Dalam beberapa pekan terakhir, perbincangan soal riders memang menghangat di industri musik Tanah Air. Dari cerita band indie yang meminta kopi lokal favorit, hingga diva pop yang mewajibkan pencahayaan ruangan tertentu. Tapi SID, sekali lagi, menunjukkan caranya sendiri campuran khas antara “nakal” dan “nggak mau tumbang”.
Konser “Distorsi Tiga Dekade” sendiri dijadwalkan berlangsung 17 Agustus 2025 di Ex Hanggar Teras Pancoran, Jakarta Selatan, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI. Bukan tanpa alasan bagi SID, musik dan perlawanan selalu berjalan beriringan.
Di atas panggung nanti, mungkin kita akan melihat Jerinx memukul drum dengan brutal, Eka menghentak bass penuh tenaga, Bobby meneriakkan lirik-lirik perlawanan. Tapi di balik layar, bisa jadi mereka baru saja meneguk susu kurma, sembari menikmati telur rebus hangat.