
Petta – Di balik catatan impresif Marc Márquez musim ini, termasuk kemenangan keenam beruntun di Grand Prix Austria yang kian mengukuhkan posisinya di puncak klasemen, ada satu pengakuan menarik dari rivalnya, Marco Bezzecchi. Pembalap Aprilia itu menyebut dua kata kunci yang membuat Márquez begitu sulit ditandingi: traksi dan akselerasi.
“Salah satu keunggulan utamanya ada pada traksi dan akselerasi,” ujar Bezzecchi. Menurutnya, kemampuan Márquez dalam keluar tikungan dengan kecepatan tinggi adalah senjata pamungkas yang membuat pembalap lain kesulitan menempel.
Bezzecchi bahkan membandingkan gaya balap keduanya. Jika dirinya mengandalkan pengereman keras untuk memangkas waktu, Márquez justru lebih halus saat melahap tikungan. “Dia mempertahankan momentum dengan sangat baik, tidak kehilangan tenaga ketika keluar dari corner. Itu membuat perbedaan besar,” kata Bezzecchi lagi dalam wawancara dengan Diario AS.

Momentum Tak Terbendung
Apa yang dikatakan Bezzecchi terbukti di sirkuit Red Bull Ring, Austria. Márquez terlihat sabar, menunggu saat yang tepat sebelum menyalip Bezzecchi. Begitu kesempatan datang, ia melancarkan manuver bersih dan langsung melesat.
Reuters mencatat, kemenangan di Austria membuat Márquez kini unggul 142 poin dari adiknya, Álex Márquez, di klasemen sementara. Catatan itu semakin menegaskan dominasi “The Ant of Cervera” yang seakan bangkit dengan versi terbaiknya setelah periode cedera panjang.
“Reborn Márquez,” tulis Reuters dalam ulasannya, menggambarkan kebangkitan sang juara dunia enam kali MotoGP itu.
Analisis Teknis: Ducati + Márquez = Kombinasi Mematikan
Selain skill individu, paket Ducati yang kian sempurna musim ini juga menjadi faktor penentu. Dengan akselerasi tajam, traksi maksimal saat keluar tikungan, dan stabilitas yang sulit disaingi, Desmosedici terlihat sangat cocok dengan gaya balap Márquez.
Sementara itu, Bezzecchi dan Aprilia tampak kesulitan menjaga konsistensi, terutama pada trek yang menuntut aliran cepat dan keluar tikungan agresif. “Saya harus mengerem lebih keras untuk menutup gap, tapi itu membuat saya kehilangan banyak waktu dibanding Márquez yang lebih smooth,” ujar Bezzecchi.
Menuju Gelar Ketujuh?
Dengan performa seperti sekarang, banyak yang percaya Márquez tinggal menunggu waktu untuk mengunci gelar dunia ketujuhnya di kelas premier. Statistik, konsistensi, dan mentalitas kompetitifnya seolah menjadi paket komplet yang belum mampu ditandingi siapa pun.
Bezzecchi sendiri tak menampik realita itu. Baginya, keberhasilan Márquez musim ini adalah hasil kombinasi antara motor terbaik dan kecerdasan balap yang matang. “Dia tahu kapan harus menunggu, kapan harus menyerang. Itu bedanya pembalap hebat,” katanya.
Di paddock, banyak pembalap lain mungkin berpikir sama: selama Márquez berada di lintasan dengan paket Ducati yang begitu superior, perebutan gelar dunia hanya akan menjadi soal siapa yang bisa menempel paling dekat, bukan siapa yang bisa mengalahkan.