Petta – Nama Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), masuk dalam daftar finalis pemimpin paling korup dunia 2024 versi Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP). Ini bukan sekadar kabar miring, melainkan sebuah penilaian serius dari jaringan jurnalis investigasi yang mengupas tuntas kejahatan terorganisir dan korupsi lintas negara.
Keputusan OCCRP ini membuka mata dunia terhadap praktik-praktik yang selama ini mungkin luput dari perhatian publik. Di tengah gembar-gembor keberhasilan pembangunan infrastruktur, ada sisi gelap pemerintahan Jokowi yang tak bisa lagi diabaikan: pengabaian lingkungan, eksploitasi tambang, dan lemahnya penegakan hukum.
“Jokowi membuka pintu bagi korporasi besar untuk menghancurkan hutan adat dan menyingkirkan masyarakat lokal,” ujar Dedy Sutomo, aktivis lingkungan yang lama mengkritik kebijakan pemerintah. “Ini jelas-jelas bentuk korupsi sistemik yang terjadi di bawah pemerintahannya.”
Nama Jokowi masuk bersama tokoh lain seperti William Ruto (Kenya) dan Gautam Adani (India). Tapi berbeda dengan yang lain, sorotan pada Jokowi banyak terkait dengan caranya menggunakan legitimasi politik untuk menguntungkan segelintir kelompok elit.
“Fakta bahwa Indonesia sekarang dikenal karena korupsi tingkat tinggi tidak mengejutkan,” ujar seorang sumber yang enggan disebutkan namanya. “Ada terlalu banyak konsesi tambang dan proyek infrastruktur besar yang tidak transparan.”
Menanggapi tuduhan ini, Jokowi membantah keras. “Ini framing jahat,” tegasnya. Namun, bantahan saja tidak cukup untuk menutupi jejak panjang dugaan pelanggaran etika dalam pemerintahannya.
Tahun 2024 menjadi ujian besar bagi Indonesia. Dengan sorotan dunia yang semakin tajam, apakah negara ini akan menghadapi kenyataan atau terus berdansa dalam euforia pembangunan yang menyembunyikan korupsi? Waktu yang akan menjawab.
