
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengejutkan banyak pihak dengan menunjuk Pete Hegseth sebagai calon Menteri Pertahanan (Menhan) AS. Keputusan ini menimbulkan kontroversi mengingat kedekatan Hegseth dengan Trump, serta beberapa pandangannya yang cukup keras. Hegseth dikenal sebagai tokoh yang mendukung Israel secara vokal dan memiliki pandangan yang tegas terhadap Iran. Selain itu, ia juga pernah mendesak Trump untuk memberikan pengampunan kepada anggota militer yang terlibat dalam tuduhan kejahatan perang.
Siapa Sebenarnya Pete Hegseth?
Lahir pada tahun 1980, Pete Hegseth adalah seorang veteran militer dan pembawa acara televisi yang saat ini dikenal lewat perannya di Fox News. Hegseth adalah lulusan Universitas Princeton pada tahun 2003 dan kemudian bergabung dengan militer sebagai kapten infanteri di Garda Nasional Angkatan Darat. Dia bertugas di Afghanistan, Irak, dan Teluk Guantanamo, serta menerima dua Medali Bintang Perunggu atas dinas militernya.
Setelah meninggalkan dinas militer, Hegseth mencoba peruntungannya di dunia politik dengan mencalonkan diri untuk Senat di Minnesota pada tahun 2012, meskipun gagal. Pada 2014, ia bergabung dengan Fox News sebagai kontributor, dan kini menjadi pembawa acara Fox & Friends Weekend. Hegseth juga menulis beberapa buku, termasuk The War on Warriors, yang sempat menjadi bestseller New York Times.
Dukungan terhadap Keputusan Trump dan Kontroversi yang Menyertai
Sebagai pembawa acara Fox & Friends Weekend, Hegseth membangun hubungan dekat dengan Trump, yang sering tampil di acara tersebut. Dalam pengumuman nominasi Hegseth, Trump memuji buku Hegseth yang laris dan menyebutnya sebagai pembela pasukan militer yang sejati.
Meskipun tidak memiliki pengalaman tinggi dalam urusan keamanan atau kebijakan luar negeri, Hegseth dikenal karena pandangannya yang keras dan tegas terhadap militer dan kebijakan luar negeri. Salah satu pandangan kontroversialnya adalah mendesak Trump untuk mengampuni anggota militer yang dituduh melakukan kejahatan perang. Pada 2019, usulannya tersebut mengarah pada pengampunan bagi dua prajurit yang terlibat dalam pembunuhan dan pemulihan pangkat bagi seorang anggota militer yang terlibat dalam skandal di Irak.
Penentang “Woke Policies” dan Pandangan Keras terhadap Kebijakan Sosial
Hegseth juga dikenal sebagai penentang keras terhadap apa yang ia sebut sebagai “woke policies”, yaitu kebijakan yang berfokus pada keadilan sosial dalam hal ras, gender, dan identitas sosial di kalangan anggota militer. Ia secara terbuka mengkritik apa yang disebutnya sebagai kebijakan keberagaman yang diterapkan di militer AS, dengan menyebutnya sebagai “frasa paling bodoh”.
Pandangan terhadap Perang di Gaza dan Hubungan dengan Israel
Dalam berbagai liputannya, Hegseth telah menunjukkan dukungannya yang kuat terhadap Israel, bahkan menyebut solusi dua negara sebagai “omong kosong”. Dia juga memproduksi serial dokumenter tentang perang Israel di Gaza, Battle in the Holy Land: Israel at War, dan melakukan wawancara dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada bulan Maret 2024. Selain itu, Hegseth sering menyoroti ancaman dari Iran, menyebut negara itu sebagai “rezim jahat”, terutama setelah tewasnya Jenderal Qassem Soleimani di tahun 2020.
Respons Terhadap Penunjukan Sebagai Menteri Pertahanan
Seiring dengan pengumuman Hegseth sebagai calon Menhan, beberapa politisi memberikan reaksi beragam. Senator Carolina Utara, Thom Tillis, menyebut penunjukan ini sebagai pilihan yang “menarik”. Di sisi lain, Senator Elizabeth Warren dari Partai Demokrat menyatakan keberatannya terhadap penunjukan Hegseth, menyebut bahwa ia tidak memenuhi syarat untuk memimpin Departemen Pertahanan AS dan akan membuat negara menjadi kurang aman.
Meskipun mendapat banyak kritik, terutama terkait sikap dan pandangannya yang kontroversial, penunjukan Pete Hegseth sebagai Menteri Pertahanan AS tetap menunjukkan betapa pentingnya kedekatan dan pengaruh pribadi Trump dalam menentukan pilihan untuk pos-pos kunci pemerintahan. Bagaimana Hegseth akan menjalankan tugasnya jika terpilih masih harus dilihat, mengingat pandangannya yang sering memicu perdebatan.