Andi Ibrahim: Sarjana Agama yang Terjebak Ambisi Jadi Bupati hingga Terjerat Hukum

Andi Ibrahim, Kepala UPT Perpustakaan UIN Alauddin yang terseret kasus uang palsu. (©Petta)

Petta – Nama Dr. Andi Ibrahim, dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, kini tercoreng oleh skandal uang palsu yang mengguncang publik. Pria dengan gelar akademik mentereng ini diketahui terlibat dalam sindikat produksi uang palsu senilai Rp600 juta untuk mendanai ambisinya maju sebagai calon Bupati Barru pada Pilkada 2024.

Sebagai kepala UPT Perpustakaan UIN Alauddin, Andi Ibrahim memanfaatkan jabatannya untuk menyelundupkan mesin cetak uang palsu berbobot 2-3 ton ke dalam kampus. Mesin ini didatangkan dari China melalui Surabaya, lalu dimasukkan ke Kampus UIN Alauddin pada malam hari dengan dalih mencetak buku. “Tersangka mengajukan proposal dana Pilkada, namun tidak jadi maju karena tidak ada partai yang mendukungnya,” ungkap Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono dalam konferensi pers di Mapolres Gowa.

Proposal politik tersebut memuat foto Andi Ibrahim mengenakan jas tutup dan songkok recca, lambang kebanggaan Bugis. Namun, rencana ambisius itu kandas. Dana kampanye yang direncanakan berasal dari uang palsu tersebut akhirnya menjadi bukti kuat untuk menjeratnya ke dalam kasus hukum.

Dalam operasi sindikat ini, Andi Ibrahim memegang peran penting. Produksi uang palsu awalnya dilakukan di sebuah rumah di Jalan Sunu 3, Makassar. Namun, kebutuhan akan kapasitas produksi yang lebih besar membuat mereka mendatangkan mesin cetak skala industri. “Mesin itu diselundupkan dengan persetujuan tersangka,” jelas Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak.

Kini, Andi Ibrahim telah ditetapkan sebagai salah satu dari 17 tersangka dan ditahan di Mapolres Gowa. Selain ancaman hukuman berat, kariernya sebagai dosen PNS dipastikan tamat. Reputasi sebagai akademisi yang seharusnya menjadi panutan kini hancur oleh tindakannya sendiri.

Antara Pendidikan dan Kejatuhan Moral

Dr. Andi Ibrahim seharusnya menjadi representasi integritas dengan latar belakang pendidikannya yang kuat. Ia meraih gelar Sarjana Agama dari UIN Alauddin pada 1995, Sarjana Sastra dari Universitas Indonesia pada 1998, Magister Pendidikan dari Universitas Negeri Malang pada 2002, dan gelar doktor dari UIN Alauddin pada 2019. Namun, ironi besar terjadi ketika ilmu dan nilai agama yang ia pelajari justru tidak tercermin dalam tindakannya.

Kasus ini mencerminkan bagaimana ambisi yang tidak terkontrol dapat merusak segalanya. Dr. Andi Ibrahim, yang dulunya dikenal sebagai figur intelektual, kini menjadi simbol kejatuhan moral akibat ambisi gelap yang mengorbankan integritas dan tanggung jawab.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts