
Petta – Cuaca ekstrem kembali menjadi topik hangat di penghujung tahun 2024. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia akibat fenomena La Niña yang intens. Dengan potensi banjir dan longsor yang meningkat, masyarakat diimbau untuk mengambil langkah antisipasi guna meminimalkan dampaknya.
Menurut laporan BMKG, curah hujan pada Desember 2024 diperkirakan meningkat hingga 40 persen dibandingkan rata-rata tahunan di beberapa wilayah seperti Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Timur. Data ini sejalan dengan riset dari Pusat Studi Iklim Universitas Gadjah Mada yang menemukan bahwa intensitas La Niña pada akhir tahun cenderung memperparah kejadian banjir, terutama di daerah perkotaan dengan drainase yang buruk.
“Curah hujan yang tinggi disertai angin kencang dapat menyebabkan banjir besar di kawasan padat penduduk,” ujar Dr. Rina Marlina, peneliti utama dari studi tersebut. “Daerah seperti Jakarta dan Surabaya, yang memiliki infrastruktur drainase terbatas, menghadapi risiko lebih besar.”
Kesiapan masyarakat dan pemerintah lokal menjadi kunci. Di beberapa wilayah, sistem peringatan dini sudah mulai diaktifkan. Contohnya, Pemprov DKI Jakarta telah mengoptimalkan alat pengukur curah hujan otomatis (Automatic Rainfall Recorder) di 267 titik strategis untuk memantau kondisi secara real-time. Selain itu, pemerintah juga mendistribusikan karung pasir dan pompa air portabel ke lokasi rawan banjir.
Namun, masyarakat juga diharapkan mengambil inisiatif. BMKG menyarankan untuk membersihkan saluran air di sekitar rumah, menyiapkan tas siaga bencana, dan mengamankan dokumen penting di tempat yang lebih tinggi. “Edukasi masyarakat tentang mitigasi bencana harus terus ditingkatkan,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers pekan lalu.
Salah satu langkah yang dapat diambil adalah memanfaatkan teknologi seperti aplikasi peringatan cuaca. Platform seperti Info BMKG atau aplikasi cuaca internasional kini dapat memberikan informasi terkini tentang kondisi hujan, kecepatan angin, dan risiko banjir.
Dalam jangka panjang, para ahli menyoroti perlunya perencanaan tata kota yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim. “Kota-kota di Indonesia perlu mengintegrasikan solusi hijau, seperti penanaman pohon dan pembangunan taman kota yang dapat menyerap air,” tambah Dr. Rina.
Fenomena cuaca ekstrem ini mengingatkan kita bahwa perubahan iklim bukan lagi isu masa depan, melainkan tantangan nyata yang membutuhkan aksi kolektif. Persiapan sejak dini adalah langkah kecil namun penting untuk melindungi diri dan keluarga dari dampak buruk bencana alam.