
Jakarta, Petta – Pelarian Dewi Astutik, gembong narkoba asal Indonesia yang dijuluki “Ratu” di jaringan peredaran narkotika Asia Tenggara, berakhir di Kamboja. Wanita 43 tahun asal Ponorogo, Jawa Timur, yang selama ini menjadi target operasi internasional, ditangkap pada Senin (1/12) waktu setempat.
Penangkapan Dewi Astutik yang juga dikenal dengan beberapa alias seperti PAR, Kak Jinda, Dinda, hingga Mami bukanlah operasi tunggal. Aksi senyap ini melibatkan kolaborasi lintas negara dan institusi, dipimpin oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama Kepolisian Kamboja, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Phnom Penh, Atase Pertahanan RI, serta Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.
Ia tiba di Tanah Air melalui Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) pada Selasa (2/12) malam, mengenakan kaus putih dan celana panjang, dengan tangan terborgol kabel ties berwarna putih, dikawal ketat oleh anggota BNN. Kedatangan ini menandai babak baru dalam upaya pengungkapan jaringan narkotika internasional yang selama ini dominan di kawasan.
Jejaring Emas Segitiga dan Jejak “Pablo Escobar Indonesia”
Dewi Astutik bukan sekadar kurir. Berdasarkan investigasi BNN, wanita yang pernah bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Taiwan ini menjabat sebagai pengendali utama peredaran narkoba di Asia Tenggara, dan merupakan kaki tangan paling penting dari gembong narkoba yang hingga kini masih buron, Fredy Pratama.
Fredy Pratama sendiri dijuluki “Pablo Escobar Indonesia” karena skala operasional jaringannya yang masif. Hingga saat ini, jejak Fredy masih gelap, diduga kuat bersembunyi di luar negeri dan berpindah-pindah antarnegara seperti Thailand dan Kamboja.
Kepala BNN, Komjen Pol Suyudi Ario Seto, secara tegas menyebut bahwa Dewi dan Fredy adalah dua nama utama dari Indonesia yang mendominasi kawasan peredaran narkoba yang dikenal sebagai Golden Triangle (Segitiga Emas), meliputi Thailand, Myanmar, dan Laos.
“Berdasarkan hasil analisa terdapat dua nama utama asal Indonesia yang mendominasi kawasan Golden Triangle yakni Fredy Pratama dan PAR alias Dewi Astutik alias Kak Jinda alias Dinda ini,” kata Komjen Pol Suyudi Ario Seto saat jumpa pers di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (2/12).
Aktor Intelektual Penyelundupan 2 Ton Sabu
Peran sentral Dewi terkuak setelah BNN berhasil menggagalkan penyelundupan narkotika dalam jumlah fantastis. Komjen Pol Suyudi mengungkapkan bahwa Dewi diduga menjadi aktor intelektual di balik penyelundupan 2 ton sabu dari jaringan Golden Triangle yang berhasil digagalkan pada Mei 2025. Jumlah ini diperkirakan bernilai hingga Rp 5 triliun.
Selain kasus 2 ton sabu, Dewi juga terlibat dalam beberapa kasus besar lain pada tahun 2024 yang terafiliasi dengan jaringan Golden Crescent.
“Ia merupakan rekruter dari jaringan perdagangan narkotika Asia Afrika dan juga menjadi DPO dari negara Korea Selatan. Dan masuk dalam jaringan Golden Crescent yang sudah kita ungkap juga sebelumnya,” jelas Suyudi, menggarisbawahi rekam jejak kriminalitas internasional yang dimiliki Dewi.
Penyelidikan juga mengungkapkan bahwa wanita ini ditetapkan sebagai buronan (DPO) sejak tahun 2024, dan diduga menggunakan nama adiknya, sementara nama aslinya adalah Paryatin. Dewi Astutik sendiri meninggalkan Indonesia menuju Kamboja sejak tahun 2023.
Sulitnya Pemburuan dan Momen Penangkapan
Kepala BNN tidak menampik adanya kesulitan dalam memburu dan menangkap Dewi Astutik. Posisi Dewi sebagai bagian dari jaringan internasional yang selalu berpindah-pindah negara menjadi hambatan utama.
“Tentu kesulitannya karena yang bersangkutan ini satu bagian dari jaringan internasional yang selama ini pindah dari negara ke negara lain,” terang Suyudi.
Titik terang penangkapan muncul setelah kolaborasi intensif antara Indonesia dan Kamboja berhasil menemukan lokasi persembunyiannya di Sihanoukville.
“Dan, pada saat yang bersangkutan berada di negara Kamboja, kita dengan kerja sama tadi yang saya sampaikan, kita bisa menemukan titik yang bersangkutan. Sehingga kita lakukan penangkapan dengan kolaboratif antara negara Indonesia dengan pemerintah Kamboja,” tutup Komjen Pol Suyudi.
Saat ini, Dewi Astutik akan menjalani pemeriksaan intensif. BNN berharap pemeriksaan ini dapat mengungkap alur pendanaan, logistik, dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam jaringan internasional Fredy Pratama yang masih beroperasi di sejumlah negara.
