
Petta – Kejatuhan rezim Bashar al-Assad menjadi kenyataan setelah pemberontak Suriah merebut ibu kota Damaskus dan kota strategis Homs dalam serangan kilat yang mengubah lanskap politik negara itu. Komando militer Suriah dikabarkan telah mengumumkan kepada para perwiranya bahwa kekuasaan Assad telah berakhir.
Damaskus Direbut, Assad Tinggalkan Ibu Kota
Damaskus jatuh ke tangan pemberontak, menandai akhir dari simbol kekuasaan Assad di pusat pemerintahan. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian, Presiden Assad dilaporkan meninggalkan ibu kota menggunakan pesawat menuju lokasi yang tidak diketahui. Pesawat tersebut terlihat menuju wilayah pesisir, tetapi tiba-tiba menghilang dari radar, meninggalkan teka-teki tentang keberadaan Assad.
Di jalan-jalan Damaskus, ribuan warga menyambut kemenangan pemberontak. Mereka melambai-lambaikan bendera dan meneriakkan “Kebebasan,” sekaligus menghancurkan simbol-simbol pemerintahan Assad, termasuk poster dan patung mendiang ayahnya, Hafez al-Assad.
Homs Jatuh: Simbol Kekalahan Assad
Tak lama sebelum Damaskus direbut, pemberontak juga menguasai Homs, kota strategis yang memutus jalur logistik antara ibu kota dan wilayah pesisir—benteng terakhir sekte Alawite Assad dan lokasi pangkalan militer Rusia. Keberhasilan di Homs memaksa pasukan pemerintah mundur secara panik, sementara ribuan tahanan dibebaskan dari penjara.
Komandan pemberontak, Hassan Abdul Ghani, menyatakan operasi pembebasan di sekitar pedesaan Damaskus sedang berlangsung. “Prioritas kami adalah mengonsolidasikan kendali penuh atas ibu kota,” tegasnya.
Dampak Regional dan Tantangan Mendatang
Kejatuhan Assad mengguncang kawasan Timur Tengah. Para pemimpin Arab, bersama Iran, Rusia, Turkiye, Qatar, dan Mesir, menyerukan solusi politik untuk menghindari eskalasi lebih lanjut. Konflik yang telah berlangsung sejak 2011 ini tak hanya merenggut ratusan ribu nyawa, tetapi juga memicu krisis pengungsi besar-besaran dan melibatkan kekuatan asing serta kelompok jihad seperti Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Meski pemberontak kini memegang kendali di banyak wilayah strategis, pertanyaan besar masih tersisa: Apakah kejatuhan Assad akan menjadi awal dari perdamaian, atau justru membuka babak baru konflik berkepanjangan? Dunia menanti dengan cemas perkembangan berikutnya.