
Petta – Siang yang panas di Makassar, Sulawesi Selatan, mendadak berubah mencekam. Puluhan mahasiswa asal Papua yang menggelar aksi memperingati Hari Papua Merdeka pada 1 Desember terlibat bentrok dengan aparat keamanan di Jalan Lanto Dg Pasewang, tepatnya di dekat asrama mahasiswa Papua.
Awalnya, aksi yang dimulai pukul 11.00 Wita itu berlangsung damai. Mahasiswa membawa aspirasi mereka dengan tertib, hingga situasi memanas saat negosiasi untuk membubarkan diri menemui jalan buntu. Polisi yang berjaga mengambil langkah tegas dengan menyemprotkan water cannon dan menembakkan gas air mata.
“Sebetulnya sebelum aksi kita sudah minta untuk baik, untuk damai, tapi ternyata mereka anarkis,” ungkap Kapolres Makassar, Kombes Pol Mokhamad Ngajib. Menurutnya, bentrokan bermula ketika mahasiswa melempar aparat yang meminta mereka kembali ke asrama.
Bentrok tersebut memaksa mahasiswa mundur hingga ke area Tempat Pemakaman Umum (TPU) Islam Dadi, sebelum akhirnya mereka dikawal masuk kembali ke asrama. Di sisi lain, seorang polisi terluka dalam insiden itu dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) untuk mendapat perawatan.
Suasana di sekitar asrama Papua perlahan kembali kondusif, namun puluhan personel kepolisian masih bersiaga. “Kita mendorong dan membubarkan mereka. Alhamdulillah, tidak begitu lama kita berhasil amankan situasi,” lanjut Ngajib.
Polisi mengonfirmasi telah mengamankan sejumlah mahasiswa yang diduga memprovokasi kericuhan. Meski begitu, tak ada informasi lebih lanjut soal jumlah dan tindakan yang akan diambil terhadap mereka.
Insiden ini menambah daftar panjang ketegangan serupa yang sering kali terjadi dalam aksi-aksi terkait isu Papua. Narasi soal kebebasan berekspresi beradu dengan batas keamanan publik, menciptakan dilema yang tak kunjung usai.