Ujian Berat PM Baru: Hanya Sepekan Setelah Dilantik, Sébastien Lecornu Dihantam Demo Massal

Para pengunjuk rasa berdemonstrasi di pelabuhan Marseille, Prancis tenggara, pada 18 September 2025, di tengah aksi mogok dan protes nasional yang diserukan oleh serikat pekerja terkait anggaran nasional Prancis. (©AFP/Clément Mahoudeau)

Petta – Prancis kembali bergejolak. Ribuan warga dari berbagai sektor, mulai dari guru, sopir kereta api, hingga apoteker, turun ke jalan dalam demonstrasi dan mogok kerja massal pada Kamis, 18 September 2025. Aksi ini dipicu oleh rencana anggaran penghematan yang diusung oleh pemerintahan Perdana Menteri baru, Sébastien Lecornu, yang dinilai tidak adil bagi rakyat kecil.  

Menurut perkiraan Kementerian Dalam Negeri, sekitar 800.000 orang terlibat dalam aksi ini di seluruh Prancis, meskipun beberapa sumber lain mengklaim jumlahnya bisa melebihi 1 juta peserta. Mobilisasi besar-besaran ini menjadi salah satu yang terbesar sejak gelombang protes reformasi pensiun pada 2023 silam.  

Anggaran Penghematan Jadi Pemicu Utama

Gelombang protes ini merupakan respons langsung terhadap anggaran pemerintah tahun 2025 yang berencana memangkas pengeluaran dan menaikkan pajak untuk menutupi defisit fiskal. Rencana ini mencakup beberapa poin sensitif bagi masyarakat, di antaranya:  

  • Pengurangan 2.200 pekerjaan pemerintah, dengan fokus pada sektor pendidikan.  
  • Pemotongan subsidi untuk magang, kesempatan kerja, dan bantuan luar negeri.  
  • Penundaan kenaikan pensiun selama enam bulan, yang seharusnya disesuaikan dengan inflasi.  

Selain tuntutan untuk membatalkan rencana anggaran, serikat pekerja juga mendesak pemerintah untuk menaikkan pajak bagi orang-orang kaya dan membatalkan aturan kontroversial yang memaksa rakyat bekerja lebih lama untuk memperoleh pensiun.  

Lumpuhnya Layanan Publik Akibat Mogok Kerja

Dampak dari mogok kerja ini langsung terasa di berbagai sektor vital. Di Paris, layanan transportasi umum lumpuh, dengan metro hanya beroperasi pada jam-jam sibuk pagi dan sore. Sektor pendidikan juga terdampak parah, di mana satu dari tiga guru sekolah dasar absen, dan 90 sekolah di Paris terpaksa tutup. Di sektor kesehatan, dilaporkan 98% apotek tutup sebagai bentuk protes, dan staf rumah sakit ikut berpartisipasi dalam aksi.  

Di tengah demonstrasi yang sebagian besar berlangsung damai, ketegangan sempat memuncak. Di Paris, beberapa massa dilaporkan membakar palet kayu di dekat stasiun kereta Gare de Lyon, yang memicu respons dari polisi. Pemerintah mengerahkan 80.000 polisi dan gendarme untuk menjaga ketertiban, dan bentrokan sporadis dilaporkan terjadi, di mana polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa . Mengenai jumlah penangkapan, terdapat laporan yang saling bertentangan, dengan satu sumber menyatakan “hampir 100 orang” ditangkap, sementara yang lain tidak menyebutkan adanya penangkapan.  

Ujian Berat bagi PM Baru

Aksi protes ini menjadi ujian besar pertama bagi Perdana Menteri Sébastien Lecornu, yang baru dilantik beberapa hari sebelumnya. Ia kini berada di posisi yang sulit, harus menyeimbangkan antara tanggung jawab untuk menekan defisit anggaran negara dengan kemarahan publik yang terus meningkat. Keputusan yang diambilnya dalam beberapa minggu ke depan, terutama menjelang tenggat waktu penyerahan draf anggaran 2026 pada 7 Oktober 2025, akan sangat menentukan arah stabilitas sosial dan politik Prancis.  

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts