
Petta – Dunia kerja sedang mengalami guncangan besar, dan pelakunya adalah AI generatif. Jika dulu kita menganggap kecerdasan buatan hanya akan membantu tugas-tugas sederhana, kenyataannya jauh lebih kompleks. Untuk sebagian orang, cukup mengancam. Dari industri kreatif hingga administratif, generative AI seperti ChatGPT, MidJourney, dan DALL-E 3, perlahan tapi pasti menggeser kebutuhan akan tenaga manusia.
Menurut laporan Katadata.co.id, lebih dari 30% perusahaan besar di Asia Tenggara kini mengintegrasikan teknologi AI generatif ke dalam operasional mereka. Efisiensi meningkat, biaya menurun, tapi ada satu sisi yang jarang disorot: pekerjaan manusia semakin tergantikan.
AI yang Lebih Kreatif dari Manusia
Generative AI kini bisa menulis artikel, menciptakan karya seni, hingga menyusun kampanye pemasaran yang kompleks. Adobe, misalnya, menggunakan teknologi ini dalam perangkat desain mereka. “AI bukan hanya sekadar alat bantu, ia sudah menjadi pengganti,” kata seorang analis teknologi dari Tek.id. Bayangkan seorang desainer yang dulu membutuhkan waktu berhari-hari untuk membuat prototipe, kini hanya membutuhkan beberapa klik.
Ini bukan hanya soal pekerjaan seni. Akuntan, HR, hingga analis data juga mulai merasa “panas”. Teknologi AI generatif mampu menyusun laporan keuangan, menganalisis data dalam hitungan detik, bahkan memberikan wawasan strategis yang biasanya menjadi domain eksklusif para ahli.
Tantangan Etika dan Regulasi
Namun, tidak semua orang melihat tren ini sebagai kemajuan. Di satu sisi, perusahaan merayakan pengurangan biaya operasional. Di sisi lain, muncul pertanyaan: apakah teknologi ini terlalu cepat diadopsi? “Kita belum sepenuhnya memahami risiko jangka panjang dari AI generatif,” ujar seorang pakar etika teknologi dalam laporan DailySocial.id. Masalah seperti bias algoritma, privasi data, hingga penyalahgunaan teknologi untuk disinformasi menjadi perhatian serius.
Apakah Ini Akhir Pekerjaan Seperti yang Kita Kenal?
Pergeseran ini memunculkan dilema besar: bagaimana kita, sebagai manusia, tetap relevan di tengah kemajuan teknologi? Sebuah survei yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa 70% pekerja merasa cemas tentang masa depan pekerjaan mereka akibat AI. Tapi ini juga peluang, kata para optimis. “Ini bukan soal kehilangan pekerjaan, tapi menciptakan pekerjaan baru yang lebih menantang dan kreatif,” ujar salah satu pengamat teknologi.
Namun, kenyataan di lapangan mungkin tidak semudah itu. Teknologi AI generatif tidak memerlukan jam kerja, tidak perlu cuti, dan selalu bekerja lebih cepat dari manusia. Ketika teknologi terus melaju tanpa regulasi ketat, pertanyaannya adalah: apakah kita siap?