Petta – Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia kini berada di titik kritis, dengan kedua negara semakin dekat pada potensi konflik militer langsung. Peringatan ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, dalam wawancara dengan media Turki yang diterbitkan pada Jumat (1/11).
Lavrov menyoroti bahwa sentimen anti-Rusia di AS semakin menguat di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden, yang dinilainya mendorong kedua negara menuju konflik. “Di bawah presiden saat ini, lingkaran Russophobia di AS telah mencapai kesimpulan logisnya, dan negara kami berada di ambang konflik militer langsung,” ujar Lavrov kepada harian Hurriyet, seperti dikutip oleh AFP dan Al Arabiya, Sabtu (2/11/2024).
Selain itu, Lavrov menyoroti pentingnya menghentikan kekerasan di Timur Tengah sebagai langkah utama untuk menciptakan kondisi bagi berdirinya negara Palestina yang merdeka. Menurutnya, konflik yang sedang berlangsung tidak akan menghasilkan pemenang.
Menjelang Pilpres AS yang akan digelar minggu depan, Lavrov menegaskan bahwa hasil pemilu tidak akan membawa perubahan besar dalam hubungan AS-Rusia. Ia berpendapat bahwa siapapun yang menang, kebijakan anti-Rusia AS akan tetap berlanjut. “Kami tidak punya preferensi. Bahkan ketika pemerintahan Trump berkuasa, sanksi anti-Rusia yang diterapkan lebih banyak dibandingkan pendahulunya,” ungkap Lavrov.
Meskipun Donald Trump sebelumnya menyatakan simpatinya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin, Lavrov mencatat bahwa hubungan keduanya bersifat ambigu dan tidak dekat.
Dalam perkembangan terkait, Presiden Putin pekan lalu menekankan bahwa masa depan hubungan Rusia-AS akan tergantung pada sikap yang diambil oleh Washington setelah pemilu. Putin juga menyambut pernyataan Trump tentang keinginannya untuk mengakhiri konflik Ukraina, yang disebutnya sebagai pernyataan yang “tulus”.
