
Petta – Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda Laos, menyampaikan rasa syukurnya atas limpahan sumber daya alam yang dimiliki daerahnya. Ia menegaskan, Maluku Utara saat ini turut menjadi salah satu motor penggerak ekspor nikel nasional, sekaligus mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia pada kuartal I tahun 2025.
“Kita (harus) bersyukur di Maluku Utara. Mereka selalu bilang negeri raja-raja; kita diberkati dengan sumber daya alam yang luar biasa. Seperti tadi dikatakan bahwa ekspor nikel terbesar Indonesia ada di Maluku Utara,” ujar Sherly dalam dialog di Zona Inspirasi KompasTV, Minggu (15/6/2025).
Menurut Sherly, laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yang mencapai sekitar 34 persen ini bahkan mengungguli provinsi lainnya, termasuk Papua Barat. Namun, ia menekankan bahwa tingginya angka pertumbuhan tersebut belum sepenuhnya mencerminkan kesejahteraan masyarakat yang merata di seluruh wilayah Maluku Utara.
“Tapi kemudian jangan hanya judul, jangan hanya dinikmati sekelompok. Pengennya jadi coverage untuk masyarakat Maluku Utara menggunakan momentum ini, meningkatkan SDM, infrastruktur jalan dan jembatan, serta kualitas pendidikan dan kesehatan,” tegasnya.
Sherly mengingatkan bahwa masih terdapat sejumlah persoalan mendasar di lapangan, mulai dari akses pendidikan yang belum merata, infrastruktur jalan dan jembatan yang belum sepenuhnya terkoneksi, hingga kesenjangan dalam pemerataan manfaat pertumbuhan ekonomi.
Ia juga menaruh perhatian khusus terhadap ketergantungan terhadap eksploitasi sumber daya alam yang suatu saat akan habis. ” Sehingga, ketika suatu hari nanti, inikan namanya juga sumber daya alam, dia kan tidak selamanya; suatu hari akan habis. Kemudian, apa yang tertinggal untuk Maluku Utara?” tutur Sherly.
Untuk itu, ia mendorong adanya kompensasi yang jelas bagi daerah yang lingkungannya terdampak aktivitas pertambangan. Salah satunya adalah dengan memastikan warga di sekitar lingkar tambang mendapatkan peluang pendidikan dan alternatif penghasilan yang berkelanjutan.
“Sehingga mereka akan menjadi engineering, insinyur, dokter, AI developer. Mereka siap untuk industri masa depan selain mining saja,” katanya.
Sherly juga menyoroti pentingnya diversifikasi ekonomi sebagai langkah antisipasi jika kelak sumber daya alam mulai menipis. Dengan demikian, penerimaan daerah seperti Dana Bagi Hasil (DBH) yang saat ini mencapai Rp 1 triliun untuk provinsi, atau total Rp 4 triliun bagi sepuluh kabupaten dan kota di Maluku Utara, dapat digantikan oleh sektor-sektor produktif lainnya.
Rencana diversifikasi itu diharapkan mampu menjaga ketahanan ekonomi Maluku Utara dalam jangka panjang sekaligus membawa manfaat nyata bagi generasi mendatang.