
Petta – Rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengenakan tarif pada produk furnitur impor kembali mengguncang pasar. Langkah ini menandai babak baru kebijakan proteksionisme dagang Trump, yang kini mengarahkan sorotannya pada sektor perabot rumah tangga.
Dalam pengumuman resmi pada Jumat (22/8/2025), Trump menegaskan bahwa pemerintah tengah melakukan penyelidikan tarif di bawah Statuta Keamanan Nasional Section 232. Proses ini, menurutnya, akan berlangsung cepat.
“Kami sedang mengadakan penyelidikan tarif untuk impor furnitur. Kami ingin memastikan industri dalam negeri kita kembali berdaya saing,”
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat
Industri dalam Negeri sebagai Target Perlindungan
Trump menyebut bahwa investigasi ini ditujukan untuk melindungi pabrik-pabrik manufaktur furnitur yang berbasis di North Carolina, South Carolina, dan Michigan, negara bagian yang memiliki basis industri kuat sekaligus penting dalam peta politik. Pemerintah menetapkan tenggat 50 hari sebelum keputusan tarif diumumkan.
Namun, kebijakan ini langsung memicu perdebatan. American Home Furnishings Alliance (AHFA), kelompok industri furnitur berbasis di High Point, North Carolina, menolak keras rencana tersebut.
“Tidak ada dasar hukum untuk mengaitkan impor furnitur dengan keamanan nasional. Tarif baru justru akan melemahkan industri domestik,”
Andy Counts, CEO AHFA

Pasar Saham Langsung Merespons
Pengumuman Trump segera tercermin di lantai bursa. Saham perusahaan furnitur berbasis impor seperti Wayfair, RH (dulu Restoration Hardware), dan Williams-Sonoma anjlok antara 6–7 persen. Sebaliknya, produsen yang banyak melakukan manufaktur di Amerika seperti La-Z-Boy justru menikmati lonjakan saham hingga 5 persen.
Sejumlah analis menilai langkah ini berpotensi mengubah peta industri perabot rumah tangga di AS. “Jika tarif benar-benar diberlakukan, produsen dengan rantai pasok global akan terdampak signifikan. Sementara pemain lokal bisa menjadi pemenang jangka pendek,” ujar analis pasar dari MarketWatch.
Konsumen Ikut Tertekan
Tarif baru ini bukan tanpa konsekuensi bagi konsumen. U.S. Department of Commerce mencatat bahwa harga perabot rumah tangga telah naik sekitar 0,7 persen sejak gelombang tarif sebelumnya. Jika kebijakan baru diterapkan, inflasi barang konsumen berpotensi semakin tertekan.
Investopedia menulis bahwa kebijakan ini bisa berdampak langsung pada biaya renovasi dan pengeluaran rumah tangga kelas menengah. Konsumen berpenghasilan rendah kemungkinan akan menjadi pihak yang paling merasakan beban.
Antara Politik dan Ekonomi
Bagi Trump, tarif furnitur bukan sekadar kebijakan ekonomi, melainkan juga strategi politik. Industri furnitur memiliki jejak historis di negara bagian penentu kemenangan pemilu. Mengusung narasi “menghidupkan kembali manufaktur Amerika” bisa menjadi amunisi politik yang efektif.
Meski begitu, kelompok industri tetap memandang skeptis. “Tarif bukan solusi jangka panjang. Justru berpotensi mematikan lapangan kerja di sektor distribusi dan ritel,” kata Counts menambahkan.
Keputusan akhir masih menunggu hasil investigasi dalam beberapa pekan ke depan. Namun satu hal jelas: pasar telah membaca sinyal bahwa proteksionisme era Trump jilid dua masih akan berlanjut dan kali ini, furnitur menjadi panggung utamanya.