
Petta – Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8%, sebuah angka yang dianggap ambisius. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menilai meskipun angka tersebut terbilang tinggi, bukan berarti tidak mungkin tercapai. Airlangga mengingatkan bahwa Indonesia pernah mencapai pertumbuhan ekonomi hampir 8% pada tahun 1986 hingga 1997, bahkan di tahun 1995, angka pertumbuhannya sempat mencapai 8,2%.
“Target pertumbuhan 8% itu bukanlah sesuatu yang tidak mungkin dicapai. Kita pernah mencapainya pada periode 1986 hingga 1997, dan pada tahun 1995 kita pernah mencapai 8,2%,” ujarnya di Hotel Mulia Jakarta, Minggu (1/12).
Airlangga juga menyebutkan bahwa ekonomi digital Indonesia saat ini bernilai sekitar 90 miliar USD, dan ia optimistis bahwa pada tahun depan nilai tersebut bisa meningkat menjadi 120 miliar USD. Bahkan, pada tahun 2030, ia berharap sektor ini bisa mencapai nilai 400 miliar USD.
“Ekonomi digital memiliki potensi yang lebih besar dibandingkan dengan ekonomi konvensional. Dengan ekonomi berbasis digital, kita bisa melompat lebih jauh,” tambahnya.
Saat ini, Indonesia memiliki lebih dari 2.400 startup, termasuk dua decacorn, perusahaan dengan nilai lebih dari 10 miliar USD, serta 10 unicorn, perusahaan dengan nilai lebih dari 1 miliar USD. Airlangga menyebutkan, Indonesia menjadi salah satu negara unggul di ASEAN dalam hal pengembangan ekonomi digital.
Pemerintah juga mendorong kerjasama ekonomi berbasis digital melalui Digital Economy Framework Agreement. Menurut Airlangga, ASEAN merupakan satu-satunya kawasan yang memiliki kerjasama digital yang begitu maju. Bahkan, OECD pun tertarik belajar dari negara-negara ASEAN dalam hal ini.
“Dengan Digital Economy Framework Agreement, ekonomi digital ASEAN diperkirakan bisa mencapai 100 triliun USD pada tahun 2030. Dengan implementasinya, ekonomi ASEAN bisa tumbuh hingga 2 triliun USD, dan Indonesia bisa mendapatkan bagian sekitar 600 hingga 800 triliun USD,” jelas Airlangga.