Pabrik Uang Palsu di Balik Tembok Kampus: Fakta Mengejutkan dari UIN Makassar

Penampakan Mesin Cetak Terkait Sindikat Uang Palsu di UIN Makassar (©ANTARA/Arnas Padda)

Petta – Bayangkan sebuah universitas negeri yang harusnya jadi tempat menimba ilmu justru berubah jadi pusat operasi jaringan uang palsu. Begitulah realita kelam yang terungkap di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Di balik tembok kampus, sebuah pabrik uang palsu canggih beroperasi, memproduksi uang palsu dengan skala besar.

Kasus ini mulai terendus ketika polisi menemukan uang palsu Rp500 ribu dalam transaksi kecil. Yang ditemukan polisi berikutnya bikin geleng kepala: mesin cetak canggih yang sanggup mencetak uang palsu dengan kualitas tinggi. Penggerebekan ini mengungkap lebih banyak keanehan. Kepala perpustakaan kampus, seorang yang seharusnya tenggelam dalam buku-buku ilmu, ternyata malah sibuk mendanai produksi ini. Polisi bilang, dia membayar Rp3 juta untuk jasa pencetak benang pengaman pada uang palsu.

Operasi ini bukan skala kecil. Dari Makassar, uang palsu ini menyebar hingga Mamuju Tengah, Sulawesi Barat. Korbannya? Pertokoan kecil yang tidak menyangka mereka menerima uang palsu yang dibuat dengan sangat rapi. Jaringan ini bahkan punya pelaku di Wajo yang spesialisasinya mencetak benang pengaman uang palsu dengan detail kecil yang bikin barang ini terlihat sah.

Ketika skandal ini pecah, rektor UIN Makassar, Prof. Hamdan Juhannis, buru-buru memberi klarifikasi. Dia bilang ini ulah oknum, bukan representasi kampus. “Kami akan kerja sama penuh dengan aparat hukum untuk mengusut tuntas kasus ini,” katanya, sambil janji menjaga nama baik institusi.

Tapi mahasiswa UIN nggak sepenuhnya beli cerita itu. Puluhan dari mereka turun ke jalan, menggelar aksi protes di depan kampus. Tuntutan mereka keras: rektor harus mundur. Mereka menilai kelalaian pengawasan kampus adalah alasan kenapa jaringan ini bisa tumbuh subur di dalam lingkungan yang seharusnya steril dari kejahatan.

UIN Makassar kini bukan lagi soal diskusi akademik atau kegiatan mahasiswa. Kasus ini menyeret institusi pendidikan ke dalam cerita yang lebih gelap: bagaimana tempat yang seharusnya jadi rumah integritas justru menjadi panggung kejahatan yang rapi dan berbahaya.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts